SURAU DAN SEKOLAH; DUALISME PENDIDIKAN DI BUKITINGGI 1901-1942

Penulis

  • Irhas Fansuri Mursal Universitas Jambi

DOI:

https://doi.org/10.22437/titian.v2i1.5218

Abstrak

Studi ini bertujuan untuk menelusuri penyelenggaraan dualisme pendidikan tradisional dan modern serta dampaknya terhadap masyarakat Bukittinggi pada paru pertama abad ke-20. Surau merupakan lembaga pendidikan tradisional, tempat anak-anak Bumiputra belajar norma adat, etika, sopan santun dan agama Islam. Sekolah formal yang dibangun oleh pemerintah kolonial di Bukittinggi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendah. Antusiasme masyarakat Minangkabau terhadap sekolah mengakibatkan kota Bukittinggi menjadi salah satu tujuan untuk mengakses pendidikan modern. Pendidikan dualistik mengakibatkan munculnya intelektual baru Minangkabau yang disebut sebagai “Kaum Mudaâ€. Sejak kehadiran mereka, surau mengalami pembaharuan menjadi model pendidikan semi-modern yang disebut madrasah. Di samping itu, fungsi surau sebagai salah satu alat kelengkapan adat di setiap nagari perlahan-lahan mulai hilang. Antusiasme masyarakat Minangkabau terhadap pendidikan dualistik mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan partikelir untuk memenuhi tingginya minat masyarakat Bumiputera terhadap sekolah modern. Tokoh-tokoh Intelektual Religius asal Minangkabau muncul sejak pendidikan dualistik yang dinamis tersebut diselenggarakan.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2018-06-30 — Diperbaharui pada 2018-06-30

Versi

Cara Mengutip

Mursal, I. F. (2018). SURAU DAN SEKOLAH; DUALISME PENDIDIKAN DI BUKITINGGI 1901-1942. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 2(1), 100 - 115. https://doi.org/10.22437/titian.v2i1.5218

Terbitan

Bagian

Articles

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama