Makna Motif Antropomorfik pada Megalitik di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi: Pendekatan Semiotika Roland Barthes
DOI:
https://doi.org/10.22437/titian.v7i2.29476Kata Kunci:
megalitik, batu silindris, motif, antropomorfik, dataran tinggi, meranginAbstrak
Cylindrical stones which are the megalithic type, predominate in the Merangin Highlands. The main object of the research is cylindrical stones, which are spread in Renah Kemumu Village, Dusun Tuo, Nilo dingin, and Rantau Suli. This research will focus on being able to find out the forms of motifs and to find out the meaning behind the anthropomorphic motifs found in these megaliths. The research is conducted by collecting, analyzing, and interpreting data, and final conclusions. The method of description, form analysis and classification of megalithic motifs are carried out using the archaeological method and then the meaning method is carried out by Roland Barthes' semiotic approach. Cylindrical stones found in the Merangin highlands have various motifs, but anthropomorphic motifs are the dominating motifs on the megaliths. These motifs are made as components to carry out rituals to their ancestors and as symbols of ancestral figures who have had a strong influence throughout their lives.
Abstrak
Batu silindris yang merupakan tipe megalitik yang mendominasi di dataran tinggi Merangin. Objek utama didalam penelitian ini yaitu batu, yang mana batu silindris tersebut tersebar di Desa Renah Kemumu, Dusun Tuo, Nilo Dingin, dan Rantau Suli. Adapun penelitian ini berfokus untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk motif dan untuk mengetahui makna di balik motif antropomorfik yang terdapat pada megalitik tersebut. Penelitian ini melewati beberapa tahap, yaitu pengumpulan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan akhir. Metode pendeskripsian, analisis bentuk dan klasifikasi motif-motif pada megalitik dilakukan dengan menggunakan metode arkeologi dan metode pemaknaan dilakukan dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Batu silindris yang berada di dataran tinggi Merangin memiliki motif yang beragam, namun motif antropomorfik merupakan motif yang mendominasi pada megalitik tersebut. Motif-motif ini dibuat sebagai komponen-komponen untuk menjalankan ritual kepada nenek moyang dan sebagai lambang tokoh leluhur yang mempunyai pengaruh kuat semasa hidupnya.
Unduhan
Referensi
Ashmore, Wendy & Sharer, R. J. (2010). Discovering Our Past: A Brief Introduction to Archaeology. McGraw Hill (5th ed.). New York.
Barthes, R. (1986). Elements of Semiology. Translated From The French By Annette Lavers And Colin Smith. Hill and Wang. New York a Division of Farrar, Straus and Giroux.
Bonatz, D., Neidel, J. D., & Tjoa-bonatz, M. (2006). The megalithic complex of highland Jambi : An Archaeological perspective. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde, 162(4), 490–522. https://doi.org/10.1163/22134379-90003664
Budisantosa, T. M. S. (2015). Megalit Dan Kubur Tempayan Dataran Tinggi Jambi Dalam Pandangan Arkeologi Dan Etnosejarah. Berkala Arkeologi, 35(1), 17–30. https://doi.org/10.30883/jba.v35i1.36
Djami, E. N. I., & Suroto, H. (2017). Makna Motif Lukisan Megalitik Tutari. Jurnal Arkeologi Papua, Vol. 9(1), 49 – 57. https://doi.org/10.24832/papua.v9i1.206
Djami, E. N. idje. (2017). Tipologi dan makna tinggalan megalitik di pesisir pantai utara kabupaten Jayapura. Amerta, 35(1), 33. https://doi.org/10.24832/amt.v35i1.189
Fahrozi, M. N. (2016). Megalitik Dalam Konteks Kekinian; Legenda Dibalik Batu Larung (Kajian Etnografi Mengenai Hubungan Mitos Dan Artefak Megalit). Siddhayatra, 20(2), 150–156.
Handini, R. (2017). Sarkofagus Dan Ritual Sedeka Orong Di Situs Ai Renung, Sumbawa. Naditira Widya, 11(2), 137–148. https://doi.org/10.24832/nw.v11i2.230
Hidayat, R. (2011). Bentuk , Fungsi Dan Makna Menhir Di Nagari Mahat ( Kajian Etnoarkeologi). Jurnal Papua, 3(2), 141–163. https://doi.org/10.24832/papua.v3i2.88
Hodder, I., & Scott, H. (2003). Reading past current approaches to interpretation in archaeology. Cambridge University Press (3rd ed.). New York.
Indriastuti, K. (2015). Seni Lukis dan Seni Gores Pada Megalitik Pasemah, Provinsi Sumatera Selatan. Shiddhayatra, 20(2), 129–141.
Iriyanto, N., & Rajab, H. (2019). Megalitik Dalam Dinamika Kemasyrakaratan Di Pulau Ternate (Kajian Fugsi dan Makna Pada Masyarakat Pendukungnya). Jurnal Pusaka, 1(1), 34–46. https://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/pusaka/article/view/1541/0
Kridalaksana, H. (1984). Kamus Linguistik. PT. Gramedia. Jakarta.
Perry W.J. (1918). The Megalithic Culture of Indonesia. The university of Manchester. London.
Prasetyo, B. (2013). Persebaran dan Bentuk-Bentuk Megalitik Indonesia: Sebuah Pendekatan Kawasan. Kalpataru, 22(2), 89–100. https://doi.org/10.24832/kpt.v22i2.126
Prasetyo, B. (2015). Megalitik Fenomena yang Berkembang di Indonesia. GalangPress. Yogyakarta.
Rapar, J. H. (n.d.). Pengantar Logika Asas-asas penalaran sistematis. Pustaka Filsafat. Yogyakarta.
Schnitger, F. M. (1939). Forgotten Kingdoms In Sumatra. E.J. Brill. Leiden.
Shipley, J. T. (1970). Dictionary of World Literature. The philosophical Library. New York.
Siyoto, S., & Sodik., M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing. Yogyakarta.
Tabrani, P. (2018). Prinsip-Prinsip Bahasa Rupa. Jurnal Budaya Nusantara, 1(2), 173–195. https://doi.org/10.36456/b.nusantara.vol1.no2.a1579
Teeuw, A. (1984). Sastra dan ilmu sastra; pengantar teori sastra. Pustaka Jaya. Jakarta.
Tim. (1996). Laporan Ekskavasi Situs Piratin Tuo dan Nilo Dingin, Kecamatan Muaro Siau, Kabupaten Sarolangun Bangko, Provinsi Jambi.
Triwurjani, R. (2020). Simbol Dan Hierarki Penutur Austronesia Pada Budaya Megalitik Pasemah, Sumatera Selatan. In Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat (pp. 43–52).
Wagner, F. A. (1959). Indonesia The Art of An Island Group. McGraw Hill. New York.
Wijaya, H. (2013). Nekara: Peninggalan Seni Budaya Dari Zaman Perunggu. Humaniora, 4(1), 212–220. https://doi.org/10.21512/humaniora.v4i1.3431
Znoj, H. (2001). Heterarchy and Domination in Highland Jambi: The Contest for Community in a Matrilinear Society. University Of Bern.
##submission.downloads##
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Havidz Al As’ad, Wulan Resiyani
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.